Selasa, 28 Juni 2011

CERPEN KARYA ANAK INDONESIA


"REYVAN"
Seperti biasanya reyvan mengerjakan tugas-tugas sekolah sendiri. Teman-temannya tak ada yang mau membantunya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh bapak ibu guru. Teman-temannya seperti eldoi, enjas, martan dan arfin sibuk membuka facebook dari ponsel mereka masing-masing.
Eldoi    : “van, tugasnya jangan lupa di kerjain ya!! Log dah celesai don’t forget  contohin gue!!! Oc bro, gue kesana dulu ngumpul ma temen-temen. ( eldoi menepuk bahu reyvan lalu meninggalkannya)
 Reyvan: “tenang ja bro, log gue yang handle semua pasti beres”!! ( jawab reyvan berusaha untuk menutupi kejengkelannya)
 Mungkin inilah arti reyvan bagi mereka, teman dikala banyak tugas tak kurang dan tak lebih. Hari ini tak ada satu gurupun yang masuk ke kelas, entah karena muak dengan anak didiknya atau mungkin ada alasan yang lain.
Enjas : “lihat ini bro, cewek kenalan gue! Gila’ cakep banget  nich cewek!! ( sambil menunjuk ke ponselnya)
Martan : “mana..mana yang cantik? Gue mau lihat!!
Arfin   : “ah loe, lok ngomongin cewek cepat banget nyambungnya, hhuuuuu”.
Martan : “syirik ja loe,  loe juga log ngomongin cewek langsung nepsong”!
Arfin   : “biarin aja, itu kan tandanya log aku ini normal, lelaki sejati bro!! dari pada gue nepsong ma loe! Iiihhh ..amit-amit!!
Martan : “iih gue juga gak sudi di nepsongin ma loe!!! amit-amit banget dech”!!
Enjas   : “ eh papaan sich, kok malah pada berantem!!! Bisa gak sich sehari ja damai”!!
Martan : “ santai ja bro, gak usah sensi gitu donx! Kaya ru pertama kali lihat kita berantem j aloe”!! ( sambil menepuk-nepuk bahu enjas, pelan)
 Di akhir jam sekolah tiba-tiba ada guru yang masuk, sebut saja pak uup. Beliau memberi tahukan bahwa akan ada guru baru, karena guru yang lama telah mengundurkan diri dan memilih mengajar di sekolah lain. Tentu saja karena tidak tahan dengan perilaku anak didiknya yang kurang menghargai bapak-ibu guru.
 “anak-anak hari ini guru matematika kalian yang baru akan datang ke kelas ini, saat ini beliau sedang berada di kantor. Saya memohon kepada anak-anak semua agar bisa menjaga tingkah laku dan perkataan kaliana, demi nama baik sekolah kita tercinta ini….” guru itu memberikan penjelasan kepada muridnya panjang lebar, karena ia sangat tahu bagaimana  tingkah laku muridnya.
 “yaaa… tergantung pak,….!”celetuk salah seorang siswa.
 “hhuuuuu…., tergantung apanya yas??” teriak beberapa siswa.
 “ tergantung cara ngajarnyalah, mang kamu pikir tergantung apanya??” jawab elyas dengan nada yang di buata-buat!
 “ aahhh yang bener????”respon temen-temnnya hampir serentak.
 “ kalian ini pada gak da yang bener, yang bener tu yaa… tergantung gantungannya….hahahahaha…!” tambah boy tak kalah iseng dari temen2 yang lainnya.
 “ssssttttttt…… mohon tenang sebentar!!” guru itu berusaha untuk memperingatkan murid-muridnya yang gaduh, ia berusaha untuk tetap sabar!
 “ ssstttt…temen2 diem!....... diem donx….”! Ketua kelas berusaha memperingatkan teman2nya.
 “huuuuuu… sok loe, cari muka niyee.. biasa ja jale’…” celoteh beberapa anak.
 “ kalau  kalian tidak bisa diam, kelas ini tidak akan di pulangkan!” ucap guru itu mulai tak sabar.
 “ yaaa pak.. ariff tu pak biang keroknya…., diem ripp!!” teriak martan  melempar kesalahan pada ariff.
 “martan…..jangan menyalahkan orang lain, dari tadi bapak lihat kamu yang membuat onar”! pak guru memarahi martan si biang kerok di kelas itu, ia juga mempunyai kebiasaan suka melempar kesalahan ke orang lain.
 “ya pak…!” jawab martan lirih.
 Hanya guru-guru pribumilah yang setia mendidik mereka, sedangkan guru-guru pendatang yang katanya guru-guru professional dan sangat berpengalaman hanya datang dan pergi. Mereka  rata-rata hanya 3 bulan sanggup mengajar di sekolah di daerah itu. Setelah itu mereka meminta dipindah tugaskan didaerah asalnya. Inilah arti daerah itu bagi para pendatang, hanya dijadikan  batu lompatan untuk menunjang karir mereka. Padahal anak-anak pribumi juga berhak mendapatkan pendidikan yang sepadan dengan daerah-daerah maju yang lain. Mereka juga ingin menjadi anak-anak yang pintar dan sukses  tak kalah dengan anak-anak di daerah maju. Mereka  juga ingin mengangkat martabat daerah mereka yang selalu menjadi daerah yang terbelakang dalam segala hal.
 “Bapak mohon kepada kalian semua, jaga tingkah laku kalian, buatlah guru kalian yang baru ini menyukai kalian dan berkenan  untuk lebih lama menjadi guru kalian”! pak guru mencoba untuk menasehati murida2nya kembali.
 “karena jika guru yang baru ini tidak betah mengajar kalian, maka kalian tidak akan memiliki guru matematika lagi”! lanjut pak guru.
 “bapak tidak tahu lagi harus cari guru yang seperti apa buat kalian”! mendengar setiap kata, kalimat yang keluar lirih dari mulut pak guru dengan nada prihatin membuat semua siswa diam seribu bahasa.
Seperti yang dikatan oleh pak uup, guru baru itu memperkenalkan diri kepada calon anak didiknya yang baru. Anak-anak menyambutnya dengan sikap dingin, mungkin sebentar lagi guru ini juga akan pergi meninggalkan mereka di saat mereka mulai menyangi dan menaruh harapan besar padanya, persisnya sama seperti guru-guru yang lain.

Bu guru yang baru memperkenalkan diri sebagai guru mata pelajaran matematika menggantikan bu henjaf. Umurnya 28 tahun, ia sangat anggun dengan baju batik bermotif bunga yang ia kenakan, ia  berkulit putih dengan wajah yang mungil, ukuran tubuh yang  proporsional dan dengan tinggi medium  menambah kesempurnaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikanlah saran yang objektif dan bersifat membangun