Kamis, 30 Juni 2011

CERPEN

 MONSTER
Java menyukai langit malam yang cerah, bintang-bintang bertaburan menghiasi langit malam.
” hai … bintang-bintang mengapa kamu berkedip-kedip ? apa kamu ingin aku ketempatmu ?” ucap java yang masih polos.
“ andai kamu bisa mendengarku , aku ingin mengajak mu berbicara”. Lanjutnya dengan wajah riang.
“ups, apa itu ? itu pasti bintang jatuh, aku akan meminta suatu permintaan”. Katanya dalam hati.
“  aku ingin terbang bersama bintang-bintang”. Java memejamkan matanya, ia tak menyadari suatu keajaiban  terjadi, seekor kelelawar vampire membawanya terbang keluar angkasa. Saat ia membuka kedua matanya , ia sangat tertkejut mendapati dirinya tengah berdiri  diatas punggung kelelawar raksasa yang  dan membawanya  melayang-layang diantara bintang-bintang.
“ aku terbang, aku bisa terbang kelangit, ha ha ha….”. ia sangat kegirangan.
“pegangan yang kuat kita akan  menghadapi hijan meteor”. Ucap vampire itu memperingatkan java.
Aku tiedak ingin perang, aku ingin damai saja, aku  keluar angkasa untuk bersenang-senang  bukan untuk perang melawan meteor”.
“ meteor-meteor itu yang akan memerangi bumi mu, mereka akan menghujani bumi”. Suara monster vampire yang menggelegar membuat java mengkerut nyalinya.
“ aku tidak mempunyai kekuatan untuk melawan meteor-meteor itu”. Java mulai melemas,
“aku harus melawan meteor-meteor itu dalam kesendirian”. Keluh java.
“ mengeluh tidak ada gunanya”. Sindir monster vampire.
Mereka terbang menjelajahi angkasa mencari tempat yang aman untuk  menghimpun kekuatan. Satu-satunya  tempat yang memungkinkan adalah matahari, karena meteor taki akan mampu mencapai matahari. Panas matahari akan membakar mereka.
“ stop, kamu ingin membakar ku ? aku manusia biasa aku tidak mungkin bisa hidup disana, disana sangat panas , suhunya mencapai 6.000 derajat Celsius, suhu matahari cukup panas untuk mengubah logam atau batuan menjadi gas, aku hanya akan….”          
Belum lengkap java melengkapi ucapannya vamoir itu meluncur dengan kecepatan tinggi ke matahari.
“ tidak ……tidak …..aku tak mau mati disini, ayah ku pasti akan menjewer ku, jika ia sampai tau aku bermain di tempat berbahaya seperti ini”.
“ tangan ayah mu tak cukup panjang untuk meraih telingamu”.
Mereka terus menerobos gelombang api, dan akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang sangat menyilaukan mata. Mereka berada di tengah-tengah dunia api, bahkan mereka adalah api itu sendiri, mereka berjalan mengambang karena tak ada daratan, disana hanyalah ada lautan api.
“ aku tak terbakar, aku bisa hidup di matahari, aku hebat ….ha ..ha,….”.
“ tugas mu adalah menghimpun kekuata  yang ada dalam  jiwa dan raga mu agar kau mampu  mengalahkan meteor-meteor itu, tugas mu menyelamatkan bumi mu”.
“ mengapa kau memilih tempat ini ?” Tanya java, “ apa tidak ada tempat lain ?”
Meteor-meteor itu akan  meleleh, jika ia sampai lancang sampai kesini”.
‘Meteor-meteor itu berniat untuk menghancurkan bumi bukan untuk menghancurkan kau ataupun aku, mengapa kita harus sembunyi dari mereka?”
“ sebelum mereka menghancurkan bumi mereka harus menghancurkan mu terlebih dahulu karena kau adalah titisan komet”.
“ dahulu kala”, ucap vampire mengawali  ceritanya.
“terjadi peperangan sengit antara meteor dam komet, mereka berebut tahta kekuasaan alam semesta, pada pertempuran itu komet selalu menang karena  mereka bertempur di dekat matahari, saat dekat dengan matahari meteor meleh ia kehilangan kekuatanya, sembaliknya komet justru mendapat suntikan energy yang sangat dahsyat dari matahari, ekor komet yang panjang memancarkan cahaya dan berenergy mampu mementalkan meteor-meteor itu hingga keluar dari galaksi kita, yaitu galaksi Bimasakti”.
“ lalu mengapa meteor-meteor itu bisa dating kembali ?”
“Kwak.. kwek…kwok…krek krek……”.
“suara apa   itu ?” Tanya java kaget mendengar suara yang menggelegar.
“mereka adalah saudara-saudara ku, yang sangat ingin menyantap mu”.
Keluarga besar vampire hamster mendekati mereka dengan  beringas, tubuh mereka sangat besar dilengkapi dengan tujuh tanduk di kepalanya, mata dan lidah
Mereka menjulurkan api yang sangat panas, mereka berekor  sangat panjang, punggung hingga ekor  dipenuhi dengan tanduk api yang sangat  tajam, mereka berkaki 11 mereka  berkuku panjang dan kuat-kuat, mereka mampu berdiri tegap hanya dengan satu kuku.
“ Hamster kau harus menyerahkan santapan itu kepada kami, kau tidak boleh memakannya sendiri”.kata mereka.
“aku tak akan menyerahkannya kepada kalian, dia makanan ku sendiri’.ucap kelelawar hamster.
“ kau menupuku….. kau menipuku  …, pulangkan aku dari sini”. Teriak java yang marah merasa tertipu, ucapan hamster mengguncang perasaannya, ia hanya bisa memendam lautan amarahnya karena ia tidak akan mampu melawan kelelawar-kelelawar moster itu yang jumlahnya ratusan juta.
Karena hamster tidak mau menyerahkan java, ia di keroyok oleh keluarganya, mereka beterbangan ke luar angkasa menantang Hamster. Undang-undang pervampiran mata hari menyebutkan bahwa mereka di larang membuat kerusakan  di matahari, jika mereka mengadakan peperangan maka mereka akan merusak kulit gas matahari, sebagai hukuman matahari akan memakannya.
“ hati-hati java aku tidak bermaksud untuk mengkhianati mu, percayalah pada ku aku tidak akan memakan mu seperti ucapan ku tadi, doakan aku agar aku mampu menghadapi mereka’. Hanster lalu meluncur ke angkasa untuk bertempur melawan saudara-saudaranya yang menantangnya.
“ kau juga hati-hati keluargamu kanibal, mana mungkin mereka bisa memakanmu, kalau mareka  memang tidak kanibal”. Java menyaksikan pertempuran sedarah itu, ternyata mereka tidak main keroyokan. Di luar angkasa mereka  membentuk lingkaran Api, dua diantara mereka berada didalamnya, ini adalah lingkaran maut. Siapa saja yang kalah dalam pertempuran ia akan dimakan oleh api tersebut. Pihak yang kalah biasanya terlempar atau dilempar oleh lawan kedalam Api maut. Hamster bertanding dengan Darkco, kakaknya  yang tertua. Mereka saling menjulurkan lidah apinya dan bergulat untuk salin mengalahkan. Mereka beterbangan dalam bola api yang cukup luas dan mereka saling menembakan bola-bola api sekaligus juluran-juluran api. Di lihat dari dasar matahari pertempuran itu sangat menarik di mata Java.
“ aku harus menolong Hamster, aku harus bisa terbang seperti merek, mereka tidak terbakar hidup dalam gas api, akupun begitu. Berarti aku juga bisa terbang dan memiliki kekuatan bom-bom api serta juluran api seperti mereka.”. gumam java dalam hati, ternyata benarlah perkataannya itu, java mampu terbang dan mampu menjulurkan apiu dari mulutnya layaknya seekor monster kelelawar, sementara itu hamster yang sedang bertarung melawan kakaknya  hanpir menyentuh lingkaran maut. Kakaknya terus mendorongnya ketepi menuju lingkaran api dengan kecepatan ekstra tinggi.keluarga besar hamster bersorak menertawakan kekalahannya, hamster memang cedera cukup serius. Java terbang melayang-layang mencari strategi untuk menyerang, jarak hamster dengan lingkaran semakin menipis, tanpa berbuat apa-apa hamster hanya melongo melihak hamster dimakan lingkaran api.
“ Oh …, hamster kau termakan lingkaran maut, aku harus bagaimana, apa yang bisa aku perbuat? Menolong? Bagaimana caranya ? Maafkan aku yang tidak bisa menolong mu”.aku sungguh tak tega malihat hamster dimakan lingkaran maut itu, hamster menjerit kesakitan”. Java hanya terbang berputar-putar kebingungan.
“ jika aku terbang kesana, itu tidak akan menyelasaikan masalah. Lingkaran maut itu pasti akan memakan ku”. Java bingung memikirkan semua ini, ia juga tak tega  menyaksikan hamster dimakan lingkaran api.
“ Hamster maraung-raung kesakitan, oh… itu pasti sakit sekali, ia akan terus di siksa selama 24  jam sebelum ia benar-benar ditelan dan di bunuh, kejam sekali mereka”. Keluh java  bimbang dari kejauhan. Java lalu meluncur maninggalkan kerumunan keluarga yang menyaksikan anggota keluarganya disiksa, anehnya mereka dengan senang hati menyaksikannya. Java terbang menjauh dan semakin menjauh sebelum keluarga hamster memangsanya, setelah menyaksikan kematian hamster mereka pasti akan mencari java untuk di makan. Java terbang menyusuri planet-planet, di tengah perjalanan ia mendapatkan sebuah ide cemerlang, java ingin kembali ke bumi mencari air sebanyak-banyaknya untuk memadamkan lingkaran api.
“ waktu ku hanya 24 jam, aku harus mendapatkan air itu secepatnya dengan cara apapun juga”. Ucap java dengan penuh keberanian.
Java meluncur ke bumi, saat ia melewati lapisan ozonia mendengar suara sirineyang sangat memekakan telinga. Rupanya kedatangannya di anggap sebagai suatu bahaya, tiba-tiba jutaan bahkan ribuan monster ozon menghadangnya. Maraca membawa senjata , senjata mereka adalah pedang-pedang panjang yang menjulur dari mulut, mereka memiliki kerongkong yang menyerupai mesin pencincang, perut mereka dipenuhi dengan api, cakar mereka sangat kuat dan tajam, tak mungkin ada yang bisa lolos dari cengkeramannya.
“ monster kelelawar yang berbentuk manusia, bentukmu tak bisa membohongi monster ozon, walaupun bentuk mu menyerupai manusia yang harus kam lindungi dari makhluk-makluk luar angkasa, namun auramu seperti monster kelelawar”. Monster ozon segera membentuk benteng pertahanan untuk melindungi bumi dari benda-benda luar angkasa, sayangnya mereka menganggap java adalah makhluk luar angkasa yang hendak menghancurkan bumi. Cara kerja mereka adalah dengan menerkam, memotong, mencabik-cabik, mencincang, dan membakarnya dalam perut. benda-benda luar angkasa yang hendak menghantam bumi harus berhadapan dengan pelindung bumi yaitu monster ozon.
“ aku manusia, percayalah pada ku , tak seharusnya kalian memusuhi ku, semestinya kalian melindungiku”. Ucap java berusaha untuk meyakinkan monster ozon.
“ha..ha…omong kosong, manusia tak mungkindapat terbang tanpa bantuan, lihatlah kau….”, ucap salah satu monster ozon sambil menunjuk java. “ kau mampu terbang tanpa alat Bantu, mulutmu berapi, jika kau masih mengaku sebagai manusia ,… lelucon mu sungguh lucu sekali……ha..ha…ha…”.
“ aku manusia, aku benar-benar manusia, aku tidak berbohong, percayalah pada ku”.teriak java kehabisan akal, bagai mana cara untuk meyakinkan mereka.
“manusia tidak dapat hidup tanpa oksigen, disini tidak ada oksigen.jelas-jelas kau tak bernafas dengan oksigen, dasar monster ulung, Seraaaaang…..”.

Selasa, 28 Juni 2011

APA JUDUL YANG TEPAT UNTUNK CERPEN INI??


“Ibu…bangun Bu, jangan tinggalkan kami….Ibu…Ibu….”, teriakan dan tangisan kami tak dihiraukannya sama sekali.
“ Ibu…Ibu..Ibu…ibu…”, kami terus menangis.
“ sudahlah Nak, relakan Ibu kalian pergi. Biarkan Ia pergi dengan tenang, jika kalian memang menyayanginya doakanlah agar ia mendapatkan tempat yang indah disisiNya”, nasehat seorang perempuan yang sudah tak asing lagi.
            Wanita yang sudah renta itu terus menasehati, berusaha untuk melapangkan hati kami, agar dapat merelakan kepergian Ibu kami. Namun tak satupun kata yang keluar dari mulut wanita itu yang masuk dalam telinga, tangisan kami malah semakin menjadi-jadi saat ibu dibawa oleh mereka beramai-ramai.
“ibu…ibu… kakak..ibu kak, ibu mau dibawa kemana kak?”, Tanya adikku yang masih berumur 5 tahun, sambil menarik-narik lenganku.
“ kakak punya permen dikamar, adik mau? Ayo.. kita ambil permennya dikamar kakak”, aku tak dapat menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia masih terlalu kecil untuk dapat mengerti dan menerima semua ini. hatiku semakin trenyuh melihat kakakku yang sedari tadi hanya diam saja, namun sungai-sungai kesedihan membelah pipinya yang mungil.


Di sudut perumahan kecil yang kumuh tua yang sudah tak terawat lagi. Mungkin penghinunya sudah muak dan sangat kumal, berjejer gedung-gedung dengan rumah-rumah itu, mereka memilih tinggal di rumah baru. Tentunya di tempat lain yang jauh lebih aman dan menentramkan. Tempat ini sangat aneh atau mungkin lebih tepat lagi bila di sebut dengan  menyeramkan, banyak orang setempat menyebutnya dengan “bangunan-bangunan tua di sudut perumahan yang aneh”, namun ada juga orang-orang yang tak kalah anehnya dengan bangunan tua itu menyebutnya dengan sebutan bangunan tua yang sangat unik. Tak hanya orang aneh itu saja, kebanyakan orang asing juga menyebutnya dengan bangunan yang sangat unik dan mengagumkan. Meski telah berdiri berpuluh-puluh tahun yang lalu, bangunan-bangunan itu masih berdiri megah tak gentar termakan waktu.
Walaupun masih berdiri gagah bangunan-bangunan itu telah nampak usang, sudah tak bisa di pastikan lagi warna cat dindingnya. Warna lumpur dan warna debu mungkin  lebih cocok untuk menyebutkan  warna dari bangunan-bangunan itu.
Bangunan yang nampak dari luar berdiri dengan gagahnya itu, konon menyimpan sejuta cerita misterius.
Entahlah orang-orang pintar dari kota menyebutkan bahwa cerita itu menceritakan tentang pertengkaran nenek moyang kami, yang sangat mempercayai dan sangat mencintai ilmu-ilmu kuno, mantra-mantra dan sejenisnya. Spontan tersirat sebuah pertanyaan dibenakku:
“Tau apa orang-orang kota itu tentang daerah kami, mereka tak pernah  mengikuti setiap kejadian yang terjadi di masa lampau ataupun di masa kini, mereka tak pernah benar-benar memperdulikan daerah kami, mereka juga belum pernah tinggal dan benar-benar mengamati daerah kami. Mereka itu sok tau atau memang benar-benar tau?  Mereka hanya peduli setahun sekali itupun mungkin karena terpaksa, karena mereka membutuhkan tempat kami untuk keperluan menyelesaikan skripsi atau tugas-tugas dan keperluan apalah, penelitian katanya. Tentu kami yang tak berpendidikan tinggi ini tak dapat mencerna beribu celotehan mereka. Banyak penjelasan mengapa mereka datang ke daerah  kami yang tak dapatku pahami .
            Aku, adil anak dari daerah yang aneh itu, aku anak nomer dua dari tiga bersaudara.  Kakaku bernapa apul, dan adikku yang usil bernama pegy.
“Kring….kring ,…..” suara telepon berdering.
“ angkat, dil…..” suara apul, dari dapur.
“kenapa harus aku?” protesku.
“angkat saja, jika masih ingin hidup nyaman”  apul mengancam.
“ pasti anak dekil itu lagi, apa lagi yang telah ia perbuat hingga membuat seisi rumah ini tak pernah tenang”.
“ hallo….saya adil, dengan siapa saya bicara?”
“jika masih ingin hidup aman, datang malam ini juga ke tempat kesayangan adikmu yang manis ini” suara seorang lelaki.
“ ayo…. Bicaralah manis, ini kakakmu….minta tolonglah manis”,tambah lelaki itu.
“ kakak….tolong aku kakak… kakak, mereka membunn……..aaaaaaaww….”.
“pegy…hallo...pegy…pegy…apa kau baik-baik saja?” aku cemas.
“kau apakan adikku”, aku memberontak.
“ dia akan sedikit terluka jika kau sampai sedikit terlambat, jam 00.00 baby,…..jangan sampai lupa, kalau tidak ….tau sendiri akibatnya,   Eeeits.. sepertinya aku sedikit baik hati malam ini ada tawaran special discon 50%  kau boleh bawa ayammu”. Klik, telepon ditutup.
Preman itu bermaksud memberikan sedikit kebaikan yaitu dengan mengizinkanku datang berdua dengan kakakku, dengan kata “discon 50%” karena biasanya preman-preman itu jarang mengizinkan orang yang bermaksud membebaskan tawanannya datang berdua. Tak ada ampun lagi jika yang datang lebih dari sartu, yang menjadi taruhan ialah keselamatan tawanan itu sendiri.
“sialan”aku membanting telephon.
“ayo…kita beri hadiah yang special padanya”,
Adul langsung menguasai keadaan tak perlu menunggu penjelasan yang panjang lebar dariku, ia langsung paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum meninggalkan rumah kami menitipkan sesuatu terlebih dahulu pada tetangga dan meninggalkan sebuah perintah atau sejenisnya, memang sedikit sulit untuk dipastikan apakah itu sebuah pesan atau perintah. Anggap saja pesan yang harus dikerjakan. Kami harus menempuh perjalanan selama 30 menit hanya dengan berjalan kaki, karena tidak mudah untuk mendapatkan angkutan atau taksi dan sejenisnya tengah malam seperti ini.        Rintik-rintik hujan menemani perjalanan yang sangat menjengkelkan ini, hampir setiap hari brandal-brandal itu menghibur kami dengan lelucon-lelucon yang seperti ini, lelucon yang sudah sangat-sangat basi. Malam ini brandal-brandal itu pasti sudah menyiapkan lelucon yang sangat attractive.

“dimana brandal-brandal itu?” gumam apul sambil menggenggam tangan tak sabar ingin bermain-main dengan mereka.
“ jangan tunjukan wajahmu yang bersungut-sungut itu, mereka akan sangat terhibur melihat mu seperti itu, karena kau telah memberikan sesuatu yang sangat mereka dambakan”, aku memperingatkannya.
“Mereka mendambakan pukulan tanganku, sudah lama genggaman tangan ini tak mendarat di pipi mereka yang hancur”, ucap apul sambil menyingkirkan sarang-sarang laba-laba yang lumayan lebat mengganggu pencarian kami.
“ mereka mungkin membohongi kita”, aku mulai meragu.
“apa maksudmu? Bagaimana jika mereka benar-benar …….”,apul tidak melanjutkan ucapannya.
Kami  memasuki sebuah bangunan besar yang lebih mirip seperti gudang. Kami berpencar menelusuri lorong-lorong yang ada dalam gedung itu. Di ujung sebuah gang yang aku telusuri aku menemukan sebuah tusuk gigi, dan beberapa jejak sepatu. Aku yakin mereka bersembunyi tak jauh dari tempat ini, entahlah apa maksut mereka bermain kucing-kucingan seperti ini, tak seperti biasanya. Biasanya jika mereka mnenginginkan sebuah pertemuan negosiasi tak pernah seperti ini, mungkin inilah salah satu taktik baru yang akan mereka perkenalkan pada kami. Apapun alasannya aku sebenarnya tak bagitu memperdulikannya, untuk sekarang ini yang terpenting adalah keselamatan adikku.
Aku mencium bau asap rokok yang lumayan sangat kuat, sebagai seorang lelaki tentu aku sangat hafal betul sejak kapan asap ini di tinggalkan oleh perokonya, memang belum lama. Aku tak tau dimana adul berada saat ini, sejak kami berpisah tadi aku tak tau lagi dimana keberadaannya. Mungkin ia juga belum menemukan persembunyian brandal-brandal itu, atau ia sekarang tengah asing menemukan jejak-jejak yang sama seperti yang aku temukan. Kakakku sangat pemberani, mungkin saat ini ia sedang mengikuti jejak-jejak sepatu itu seorang diri tanpa perluku temani.
Lelah memutari lorong-lorong gelap, aku menyandarkan tubuh sebentar di sebuah tembok. Tiba-tiba aku mencium bau amis yang ternyata berdasar dari tembok yang aku sandari. Aku membelokkan badan,
“ astaga….”, aku terkejut saat menyaksikan darah yang berlumuran di tembok.
“darah apa ini ? masih segar”, tiba-tiba aku teringat pada apul.
“apul….apul….apul…., dimana kau?”, aku berteriak-teriak mencari apul, dan berlari-lari menyusuri lorong-lorong gelap. Saat itu juga otakku menerawang keadaan pegy, sedang diapakan dia saat ini? apakah dia baik-baik saja? Ah tak mungkin jika brandal-brandal itu berani berbuat sesuatu padanya. Ku kira nyali mereka tak cukup besar untuk berhadapan dengan kepolisian.  Namun tersirat sebersit keber

CERPEN KARYA ANAK INDONESIA


"REYVAN"
Seperti biasanya reyvan mengerjakan tugas-tugas sekolah sendiri. Teman-temannya tak ada yang mau membantunya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh bapak ibu guru. Teman-temannya seperti eldoi, enjas, martan dan arfin sibuk membuka facebook dari ponsel mereka masing-masing.
Eldoi    : “van, tugasnya jangan lupa di kerjain ya!! Log dah celesai don’t forget  contohin gue!!! Oc bro, gue kesana dulu ngumpul ma temen-temen. ( eldoi menepuk bahu reyvan lalu meninggalkannya)
 Reyvan: “tenang ja bro, log gue yang handle semua pasti beres”!! ( jawab reyvan berusaha untuk menutupi kejengkelannya)
 Mungkin inilah arti reyvan bagi mereka, teman dikala banyak tugas tak kurang dan tak lebih. Hari ini tak ada satu gurupun yang masuk ke kelas, entah karena muak dengan anak didiknya atau mungkin ada alasan yang lain.
Enjas : “lihat ini bro, cewek kenalan gue! Gila’ cakep banget  nich cewek!! ( sambil menunjuk ke ponselnya)
Martan : “mana..mana yang cantik? Gue mau lihat!!
Arfin   : “ah loe, lok ngomongin cewek cepat banget nyambungnya, hhuuuuu”.
Martan : “syirik ja loe,  loe juga log ngomongin cewek langsung nepsong”!
Arfin   : “biarin aja, itu kan tandanya log aku ini normal, lelaki sejati bro!! dari pada gue nepsong ma loe! Iiihhh ..amit-amit!!
Martan : “iih gue juga gak sudi di nepsongin ma loe!!! amit-amit banget dech”!!
Enjas   : “ eh papaan sich, kok malah pada berantem!!! Bisa gak sich sehari ja damai”!!
Martan : “ santai ja bro, gak usah sensi gitu donx! Kaya ru pertama kali lihat kita berantem j aloe”!! ( sambil menepuk-nepuk bahu enjas, pelan)
 Di akhir jam sekolah tiba-tiba ada guru yang masuk, sebut saja pak uup. Beliau memberi tahukan bahwa akan ada guru baru, karena guru yang lama telah mengundurkan diri dan memilih mengajar di sekolah lain. Tentu saja karena tidak tahan dengan perilaku anak didiknya yang kurang menghargai bapak-ibu guru.
 “anak-anak hari ini guru matematika kalian yang baru akan datang ke kelas ini, saat ini beliau sedang berada di kantor. Saya memohon kepada anak-anak semua agar bisa menjaga tingkah laku dan perkataan kaliana, demi nama baik sekolah kita tercinta ini….” guru itu memberikan penjelasan kepada muridnya panjang lebar, karena ia sangat tahu bagaimana  tingkah laku muridnya.
 “yaaa… tergantung pak,….!”celetuk salah seorang siswa.
 “hhuuuuu…., tergantung apanya yas??” teriak beberapa siswa.
 “ tergantung cara ngajarnyalah, mang kamu pikir tergantung apanya??” jawab elyas dengan nada yang di buata-buat!
 “ aahhh yang bener????”respon temen-temnnya hampir serentak.
 “ kalian ini pada gak da yang bener, yang bener tu yaa… tergantung gantungannya….hahahahaha…!” tambah boy tak kalah iseng dari temen2 yang lainnya.
 “ssssttttttt…… mohon tenang sebentar!!” guru itu berusaha untuk memperingatkan murid-muridnya yang gaduh, ia berusaha untuk tetap sabar!
 “ ssstttt…temen2 diem!....... diem donx….”! Ketua kelas berusaha memperingatkan teman2nya.
 “huuuuuu… sok loe, cari muka niyee.. biasa ja jale’…” celoteh beberapa anak.
 “ kalau  kalian tidak bisa diam, kelas ini tidak akan di pulangkan!” ucap guru itu mulai tak sabar.
 “ yaaa pak.. ariff tu pak biang keroknya…., diem ripp!!” teriak martan  melempar kesalahan pada ariff.
 “martan…..jangan menyalahkan orang lain, dari tadi bapak lihat kamu yang membuat onar”! pak guru memarahi martan si biang kerok di kelas itu, ia juga mempunyai kebiasaan suka melempar kesalahan ke orang lain.
 “ya pak…!” jawab martan lirih.
 Hanya guru-guru pribumilah yang setia mendidik mereka, sedangkan guru-guru pendatang yang katanya guru-guru professional dan sangat berpengalaman hanya datang dan pergi. Mereka  rata-rata hanya 3 bulan sanggup mengajar di sekolah di daerah itu. Setelah itu mereka meminta dipindah tugaskan didaerah asalnya. Inilah arti daerah itu bagi para pendatang, hanya dijadikan  batu lompatan untuk menunjang karir mereka. Padahal anak-anak pribumi juga berhak mendapatkan pendidikan yang sepadan dengan daerah-daerah maju yang lain. Mereka juga ingin menjadi anak-anak yang pintar dan sukses  tak kalah dengan anak-anak di daerah maju. Mereka  juga ingin mengangkat martabat daerah mereka yang selalu menjadi daerah yang terbelakang dalam segala hal.
 “Bapak mohon kepada kalian semua, jaga tingkah laku kalian, buatlah guru kalian yang baru ini menyukai kalian dan berkenan  untuk lebih lama menjadi guru kalian”! pak guru mencoba untuk menasehati murida2nya kembali.
 “karena jika guru yang baru ini tidak betah mengajar kalian, maka kalian tidak akan memiliki guru matematika lagi”! lanjut pak guru.
 “bapak tidak tahu lagi harus cari guru yang seperti apa buat kalian”! mendengar setiap kata, kalimat yang keluar lirih dari mulut pak guru dengan nada prihatin membuat semua siswa diam seribu bahasa.
Seperti yang dikatan oleh pak uup, guru baru itu memperkenalkan diri kepada calon anak didiknya yang baru. Anak-anak menyambutnya dengan sikap dingin, mungkin sebentar lagi guru ini juga akan pergi meninggalkan mereka di saat mereka mulai menyangi dan menaruh harapan besar padanya, persisnya sama seperti guru-guru yang lain.

Bu guru yang baru memperkenalkan diri sebagai guru mata pelajaran matematika menggantikan bu henjaf. Umurnya 28 tahun, ia sangat anggun dengan baju batik bermotif bunga yang ia kenakan, ia  berkulit putih dengan wajah yang mungil, ukuran tubuh yang  proporsional dan dengan tinggi medium  menambah kesempurnaannya.

Batik Asli INDONESIA

Batik merupakan warisan  leluhur dari bangsa indonesia.
batik diwariskan secara turun-temurun. kita sebagai warga negara indonesia wajib mencintai batik dan melestarikannya.
kenapa? agar batik tidak di caplok oleh warga negara lain. batik memiliki nilai estetika yang sangat tinggi.
setiap goresan batik mengandung nilai-nilai keindahan. setiap motif batik juga memiliki nilai filosofi, orang jaman dahulu memakai kain batik di sesuaikan dengan drajat dan pangkat, beda dengan jaman sekarang.
pada saat ini semua orang diperbolehkan untuk memakai batik.batik juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, jadi tak heran jika bangsa-bangsa dari negara lain banyak yang mengincar batik.
APAKAH ANDA RELA, JIKA SUATU HARI NANTI BATIK DI CAPLOK OLEH NEGARA LAIN??